Talitakum Indonesia ~ 8 Penyakit Yang Paling Sering Menyerang Tanaman Cabe || Pelajari Gejala dan Cara Pengendaliannya!! Budidaya tanaman cabe memang sangat menggiurkan rasanya pedas sepedas harganya di pasaran. Namun terkadang banyak petani pemula gagal membudiayakan tanaman cabe dikarenakan penyakit yang sering menyerang tanaman cabe.
Pada umumnya petani tidak perduli dengan gejala serangan yang disebabkan oleh penyakit tersebut, tanpa melakukan identifikasi petani langsung melakukan penyemprotan dengan pestisida dengan tujuan dapat mengobati tanaman cabe tersebut.
Petani yang cerdas seharusnya mengidentifikasi terlebih dahulu patogen penyebab penyakit dan gejala serangannya lalu setelah diketahui baru diberi pestisida yang sesuai dengan gejala serangan penyakit tersebut.
Berikut ini saya akan memaparkan gejala serangan penyakit yang paling sering menyerang tanaman cabe beserta cara pengendaliannya.
1. Busuk Buah atau Antraknosa
Busuk Buah yang Disebabkan Oleh C. capsici |
Penyakit antraknosa atau busuk buah disebabkan oleh cendawan
Colletotrichum capsici (Syd.) Butl. et. Bisby dan Gloeosporium piperatum Ell. et. Ev. Pada dataran rendah, C. capsici lebih sering ditemukan dibanding G. piperatum.
Colletotrichum capsici (Syd.) Butl. et. Bisby dan Gloeosporium piperatum Ell. et. Ev. Pada dataran rendah, C. capsici lebih sering ditemukan dibanding G. piperatum.
Penyakit antraknosa
berkembang pesat pada musim hujan (ketika curah hujan mulai tinggi), dengan
kelembaban udara relatif tinggi
(> 95%) pada suhu sekitar
30 °C dan penyakit antraknosa menurun ketika curah
hujan berkurang atau pada saat musim kemarau.
Penyakit antraknosa sangat ditakuti oleh petani,
karena cendawan C. capsici menyerang buah, daun dan batang pada serangan berat dapat
mengakibatkan kegagalan panen hingga 90%.
Cendawan penyakit ini dapat menyebar melalui angin, alat-alat pertanian, bibit yang terkontaminasi patogen C. capsici, dan tangan para pemetik cabai atau pekerja.
Gejala serangan Colletotricum capsici :
1. Gejala serangan nampak pada daun yaitu bercak-bercak kecil di bagian
tepinya, daun yang terserang akan berguguran kemudian akan diikuti dengan kematian ranting-ranting dan cabang.
2. Gejala serangan pada batang ditandai dengan gejala perubahan warna
menjadi kehitaman.
3. Gejala serangan pada buah cabai menunjukkan gejala
awal bercak-bercak kebasahan, kemudian meluas ke arah sumbu panjang, dan
akhirnya buah akan terlepas dari kelopaknya karena membusuk.
Serangan
berat menyebabkan bercak-bercak hitam pada buah cabai seperti terbakar
dan lama-kelamaan bercak tersebut semakin membesar dan akhirnya menjadi
busuk lunak, kemudian akan mengering . Apabil ini terjadi dapat
dipastikan harga cabai tidak laku atau akan anjlok jika dijual
dipasaran.
4. Biji
pada buah yang terserang akan turut terinfeksi. Selanjutnya tanaman yang
berasal dari biji/benih yang terinfeksi tersebut akan terserang. Di samping itu,
cendawan antraknosa dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit.
Pengendalian Penyakit Colletotricum capsici :
1. Pengendalian dapat dilakuakn dengan cara memilih benih yang tahan terhadap patogen C. capsici salah satu varietas resisten ialah cabai hibrida varietas Hybrid
TM-888 tahan terhadap penyakit antraknosa.
2. Perbanyak pemupukan tanaman dengan menggunakan pupuk kompos organik. Kurangi pemupukan dengan bahan kimia.
3. Hindarkan pemakaian benih
yang berasal dari biji buah-buah yang terserang. Benih yang akan ditanam
terlebih dahulu direndam dalam air panas (suhu kirakira 55 °C) selama 30
menit, atau direndam dalam air hangat yang diberi fungisida Derosal 60 WP
dengan konsentrasi 2 g/1 air.
Biji juga dapat didesinfeksi, misalnya dengan
thiram 0.2% (Benlate 20/20 WP). Thiram dapat mematikan cendawan antraknosa
tanpa mempengaruhi perkecambahan benih.
4. Intensitas serangan
antraknosa umumnya tinggi ketika curah hujan tinggi/kelembaban tinggi. Penyakit
berkurang ketika curah hujan berkurang, dan relatif jarang terdapat ketika
musim kering/kemarau. Karena itu, penanaman sebaiknya dilakukan menjelang akhir
musim penghujan atau menjelang musim kemarau.
Meskipun demikian, karena
permintaan pasar dan harga cabai yang sering menggiurkan pada musim penghujan,
petani sering mencoba menanam cabai pada akhir musim kemarau atau menjelang
musim penghujan. Penanaman saat yang demikian perlu
diimbangi dengan perencanaan persiapan tanaman, pengamatan, dan pengendalian
penyakit antraknosa secara intensif.
5. Semua buah hijau maupun buah
matang yang menunjukkan gejala serangan antraknosa dikutip secara terpisah,
dikumpulkan, lalu dibakar. Buah-buah sakit yang jatuh ke tanah juga dikumpulkan
dan dibakar.
Buah-buah sakit dipisahkan dari buah sehat yang dipanen untuk
disimpan atau dijual, karena dapat menjadi sumber infeksi setelah panen. Pada
tanaman cabai yang masih muda, cabang-cabang yang menunjukkan gejala serangan dipangkas dan dikumpulkan, lalu dibakar.
6. Pembersihan lahan dari sisa-sisa tanaman cabai. Cendawan antraknosa dapat
bertahan hidup pada sisa-sisa tanaman cabai di lapangan setelah
panen berakhir. Setelah panen, sisa-sisa tanaman cabai segera dikumpulkan, lalu
dibakar.
7. Pengendalian secara kimiawi
dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida. Penyemprotan dapat dilakukan
dengan Derosal 60 WP (2 g/1 air) atau campuran Derosal 60 WP dengan Dithane
M-45 ( dengan perbandingan l: 5 dan konsentrasi campuran 2.5 g/1 air).
Fungisida lain yang dapat digunakan adalah: Antracol 70 WP (2-3 g/1 air),
Delsene :MX:-200 (1-2 g/1 air), Orthocide 50 WP,
Polyram M (1.5-2.0 g/1 air), Polyram-Combi (1.5-1.8 kg/ha), Difolatan 4 F
(25-30 cc/1 air), Benlate, Manzate, Velimek, Dithane Z-78.
Penyemproyan
sebaiknya dilakukan dengan mengamati arah angin dan keadaan lingkungan.
Apabila cuaca mendung dan akan turun hujan sebaiknya tunda penyemprotan
karena dapat dipastikan penyemprotan tidak akan maksimal.
Sedikit catatan pengendalian kimiawi dipilih sebagai jalan terakhir apabila tanaman sudah tidak dapat dikendalikan secara alami.
Layu Bakteri Gejala Serangan Berat |
Layu bakteri berbeda dengan layu fusarium, jika layu fusarium disebabkan oleh jamur maka layu bakteri disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum dan Ralstonia solanacearum. Jamur ini dapat menyerang hampir seluruh bagian tanaman cabai mulai dari perakaran, pangkal batang, sampai tunas daun bahkan penyakit layu bakteri dapat menyerang tanaman cabai pada semua tingkatan
umur, tetapi paling peka adalah tanaman muda atau menjelang fase
berbunga maupun berbuah.
Bakteri Pseudomonas solanacearum dan Ralstonia solanacearum berasal dari dalam tanah namu penyebarannya sangat cepat melalui air, peralatan pertanian yang tidak steril, manusia, tanah bekas lahan tembakau, terong, tomat, maupun lahan bekas tanaman cabai yang telah terserang bakteri tersebut.
Pemicu serangan bakteri ini juga bisa terjadi dari tanah yang terlalu basah atau becek, tanah dengan tekstur liat, dan tanah yang kelebihan pupuk urea.
Gejala Serangan Bakteri Pseudomonas solanacearum dan Ralstonia solanacearum
1. Gejala Serangan Bakteri Pseudomonas solanacearum dan Ralstonia solanacearum secara visual dapat dilihat pada tanaman cabai yang mengalami
kelayuan mulai dari bagian pucuk, kemudian menjalar ke seluruh
bagian tanaman. Daun menguning dan akhirnya mengering serta rontok.
2. Jika tanaman cabai dicabut terlihat akar berwarna kecoklatan dan membusuk.
3. Bakteri Pseudomonas solanacearum dan Ralstonia solanacearum juga menyerang sistem perakaran tanaman cabai. Bila pangkal
batang cabai yang diserang, dipotong lalau dibelah, kemudian direndam
dalam gelas berisi air bening, maka setelah beberapa menit
digoyang-goyangkan akan keluar cairan berwarna coklat susu atau berkas
pembuluh batangnya berwarna coklat berlendir.
4. Gejala serangan berlangsung sangat cepat, biasanya gejala serangan diatas berlangsung selama tiga hari sampai tanaman cabai layu, kering dan kemudian akan mati.
Cara Pengendalian :
Petani dapat mengendalikan penyakit dengan cara alami atau
pestisida organik namun apabila serangan berat terjadi dapat menggunakan
pestisida kimiawi.
Berikut teknik pengendaliannya :
1. Perlakuan benih atau bibit sebelum tanam dengan cara direndam dalam
bakterisida Agrimycin atau Agrept 0,5 gr/lt selama 5-15 menit.
2. Pilih benih yang tahan terhadap penyakit layu bakteri, karena pada saat ini para pakar pertanian telah mengembangkan berbagai jenis benih yang tahan terhadap beberapa penyakit.
3. Perbaikan drainase tanah di sekitar tanaman cabai agar tidak becek atau menggenang.
4. Memusnahkan tanaman yang sudah terinfeksi berat atau serangan lanjut. Sebaiknya tanaman yang sudah tidak dapat diobati lagi dimusnahkan saja dengan cara dibakar.
5. Pengelolaan tanah misalnya dengan pengapuran, pemberian pupuk kompos, sanitasi, ataupun pergiliran tanaman yang bukan berasal dari famili Solanaceae.
3. Layu Fusarium
Layu Fusarium |
Layu fusarium merupakan gejala serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum, Verticilium sp. dan Pellicularia sp. Jamur tersebut merusak tanaman karena menghasilkan senyawa toksin yang disebut ASAM FUSARAT.
Jamur
ini dapat menyerang tanaman pada saat musim kemarau maupun musim hujan,
namun serangan terbesar terjadi pada musim hujan dikarenakan kondisi
tanah yang lembab sehingga jamur dengan mudah berkembang.
Serangan
jamur ini sering terjadi pada tanah ber pH rendah < pH 6 (masam),
selain itu pemberian pupuk kimia yang berlebihan seperti urea, za, kcl,
zk, yang bersifat masam juga dapat memperparah serangan cendawan
fusarium.
Gejala Serangan Jamur Fusarium :
1. Gejala serangan yang dapat diamati adalah terjadinya pemucatan warna
tulang-tulang daun di sebelah atas, kemudian diikuti dengan merunduknya
tangkai-tangkai daun serangan parah dapat menyebabkan tanaman layu
dan mati.
2.
Gejala lain dapat dilihat dari keadaan tanaman yang kelihatan segar
disoreh hari namun memasuki pagi menjelang siang tanaman akan layu.
Gejala ini biasanya berlangsung selama satu minggu setelah itu tanaman
akan layu kemudian mengering dan mati.
3. Jika tanaman cabai dicabut terlihat akar berwarna kecoklatan dan membusuk.
4.
Jika pangkal batang dibelah akan terlihat lingkaran berwarna coklat
kehitaman. Lingkaran warna coklat kehitaman tersebutlah merupakan gejala
serangan jamur fusarium.
5.
Cara sederhana lain membuktikannya ialah pangkal batang tanaman yang
sakit dipotong kemudian direndam dalam gelas berisi air bening (jernih).
Biarkan
rendaman batang tadi sekitar 5-15 menit, kemudian digoyang-goyangkan
secara hati-hati. Bila dari pangkal batang keluar cairan putih dan
terlihat suatu cincin berwarna coklat dari berkas pembuluhnya, hal itu
menandakan adanya serangan Fusarium.
Cara Pengendalian Layu Fusarium:
Pada
artikel ini saya menganjurkan petani mengendalikan penyakit dengan cara
alami atau pestisida organik namun apabila serangan berat terjadi dapat
menggunakan pestisida kimiawi.
Pengendalian secara alami dapat dilakukan dengan cara:
1.
Pengolahan lahan atau sanitasi tanah dengan baik. Tanah yang masam
merupakan salah satu penyebab terjadinya serangan jamur patogen, maka
dari itu sebaiknya perbanyak penggunaan kompos pada saat pemupukan
tanaman. Begini Cara Pembuatan Kompos yang Benar
2. Apabila terjadi gejala serangan kurangi pupuk kimia yang bersifat masam seperti urea, za, kcl, zk, mn dan fe.
3. Penggunaan mulsa tanaman juga membantu kandungan unsur hara tanah tetap terjaga.
4.
Anda dapat mengaplikasikan jamur trichoderma dan beauveria bassiana.
Caranya jamur dimasukkan kedalam air lalu diaduk merata setelah itu
semprot air yang sudah berisi jamur tadi kedalam lubang tanam atau
disekitar perakaran tanaman cabai.
Jamur
ini dapat anda buat sendiri namu butuh keahlian khusus dan media yang
benar-benar steril. Biasanya pembuatan jamur ini dilakukan di
laboratirium dan di dalam laminar air flow, pembuatannya harus
benar-benar steril. Jika ingin memperoleh jamur ini anda dapat
bekerjasama dengan mahasiswa jurusan pertanian peminatan Hama Penyakit
Tanaman atau bekerja sama dengan dosen Hama Penyakit Tanaman.
Jamur
ini sudah terbukti ampuh mengendalikan berbagai jenis penyakit dan hama
pada tanaman cabai dan sudah dipublikasi melalui jurna dan skripsi.
5. Jika ada beberapa tanaman yang terserang layu fusarium lebih baik segera dicabut dan dimusnahkan saja dengan cara dibakar.
6. Perkembangan dunia pertanian juga semakin pesat, anda dapat menggunakan bibit cabe yang tahan terhadap jamur fusarium.
7. Apabila serangan berat terjadi anda dapat menggunakan pestisida kimiawi
seperti Derosal, Anvil, Previcur N
dan Topsin di sekitar perakaran dan batang tanaman cabai yang diduga
sumber atau
terkena cendawan. walaupun hasilnya kurang maksimal, karena apabila
serangan berat terjadi maka akan sangat sulit menagani penyakit layu
fusarium ini.
Jalan
terakhir lebih baik dicabut lalu dibakar setelah itu lakukan pengolahan
tanah dengan baik, penambahan dolomit, pupuk kompos, dan penggemburan
tanah harus lebih diperhatikan begitu juga dengan alat-alat pertanian
sebaikna disterilkan dengan menggunakan alkohol 90%.
4. Bercak Daun atau Leaf Spot
Bercak Pada Daun Cabai |
Bercak daun merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur Cercospora capsici Heald et. Wolf. Penyakit
ini berkembang pesat pada musim penghujan. Kelembaban yang tinggi dan udara
yang panas mempercepat timbulnya bercak sedangkan pada musim
kemarau dan di areal yang drainasenya baik penyakit ini kurang berkembang.
Penyakit
ini dapat menyerang tanaman cabai muda di pembibitan, tetapi umumnya serangan
lebih tinggi pada tanaman tua. Akibat bercak daun, fotosintesis akan terganggu,
sehingga produksi berkurang. Meskipun jarang terjadi, serangan berat dapat
mengakibatkan daun berguguran sehingga mematikan tanaman.
Gejala Serangan Cercospora capsici :
1. Gejala
serangan awal biasanya mulai tampak bersamaan dengan masa pembungaan. Serangan
ditandai dengan adanya bercak-bercak kecil pada daun. Pada mulanya bercak
berwarna pucat/kelabu muda, dengan tepi bercak berwarna kecoklatan, dan kebasah-basahan.
Secara perlahan bercak meluas, diameternya dapat mencapai 0.5-1.0 cm. Pada
bercak muncul jalur-jalur/garis-garis sepusat (konsentris), dan pusat bercak
berwarna putih atau pucat dengan pinggiran yang berwarna lebih tua. Bercak
tampak jelas pada permukaan atas daun. Adakalanya bercak yang
berdekatan menjadi bersatu, dan bercak tua dapat menjadi
berlubang.
2. Gejala bercak juga dapat
timbul pada tangkai daun, cabang, batang, dan meskipun jarang terjadi juga
dapat terlihat pada buah. Pada bagian tersebut bercak berbentuk ellips, dengan
bagian tengah berwarna agak kelabu dan pinggiran bercak berwarna coklat tua
sampai hitam.
3. Daun yang terserang penyakit
bercak daun dapat tetap hijau, tetapi bila pada daun terdapat banyak bercak
maka daun akan cepat menguning dan gugur. Serangan berat dapat mengakibatkan
daun berguguran, sehingga buah cabai dapat rusak karena sengatan sinar matahari,
dan dapat mematikan tanaman.
Pengendalian Cercospora capsici :
1. Patogen dapat terbawa biji (seed-borne) dan dapat menyerang di
pembibitan. Karena itu, bibit yang terserang sebaikya tidak turut di-transplanting
(ditanam ke lapangan), untuk
mengurangi sumber serangan. Sebaiknya ditanam variteas yang tahan terhadap penyakit bercak daun.
2. Perlebar jarak tanam dan pemangkasan tunas-tunas daun Dengan memperlebar jarak antar
barisan tanaman dan mengurangi percabangan dengan memangkas tunas-tunas aksiler
sewaktu tanaman muda, maka sinar matahari akan lebih banyak mengenai tanaman
sehingga daun akan lebih cepat kering dan menekan perkecambahan serta infeksi
patogen.
3. Apabila tanaman cabai terkena serangan berat sebaiknya segera dicabut saja lalu dikumpulkan dan dibakar agar penyakit tidak menular ke tanaman sehat lainnya.
4. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan berbagai
fungisida, antara lain : Derosal 60 WP (1.0-2.0 g/1 air), Vitigram Blue
(2.0-2.5 g/1 air), Velimex 80 WP (2.0-2.5 g/1 air), Dithane M-45
(1.8-2.4 g/1 air), Baycor 300 EC (1 cc/I
air), Benlate (0.5 g/1 air), Delsene MX-200 (1-2 g/1 air), Topsin, dan bubur
Bordo.
Pada penyemprotan berulang, fungisida yang digunakan sebaiknya secara bergilir atau bergantian.
Penyemproyan
sebaiknya dilakukan dengan mengamati arah angin dan keadaan lingkungan.
Apabila cuaca mendung dan akan turun hujan sebaiknya tunda penyemprotan
karena dapat dipastikan penyemprotan tidak akan maksimal.
Sedikit catatan pengendalian kimiawi dipilih sebagai jalan terakhir apabila tanaman sudah tidak dapat dikendalikan secara alami.
5. Penyakit Busuk Daun dan Buah
Penyakit
busuk daun dan buah diakibatkan oleh cendawan Phytophthora capsici Leonian, serangan cendawan ini tersebar luas di daerah penanaman cabai dan terung di
Indonesia. Penyakit ini menyerang tidak hanya daun dan buah tanaman cabai,
tetapi juga bagian lain dan pada setiap tingkat/fase pertumbuhan tanaman cabai.
Serangan
banyak terjadi pada musim hujan, ketika curah hujan tinggi, suhu dan kelembaban
yang tinggi mempermudah penyebaran ke bagian/tanaman lain. Penyakit juga lebih
berkembang bila pertanaman diberi pupuk kandang atau kompos yang kurang matang. P. capsici dapat terbawa oleh benih (seed-borne).
Patogen dapat bertahan hidup di dalam tanah, dan termasuk patogen tular tanah.
Gejala Serangan Busuk Daun dan Buah :
1. Gejala serangan pada daun.
Pada
daun yang terserang terdapat bercak berair di tepi dan ujungnya. Bercak
berbentuk tidak teratur, berwama hijau tua. Dalam waktu beberapa hari serangan
meluas ke seluruh permukaan daun. Daun kemudian berubah wama menjadi coklat
muda, akhirnya mengering dan gugur.
Daun tampak seperti tersiram air panas,
dengan bentuk dan ukuran yang tidak teratur. Bila pada malam hari turun hujan,
serangan akan menghebat.
2. Gejala serangan pada ranting, cabang dan batang
Penyakit kemudian akan menjalar, menyerang ranting dan
cabang. Cabang terserang akan berwarna coklat tua, dan ujungnya mati. Serangan
pada batang mengakibatkan batang berwarna coklat tua, dan tanaman menjadi layu
walapun daun-daun masih hijau.
3. Gejala serangan pada akar dan pangkal batang
Serangan
pada leher akar dan pangkal batang ditandai dengan gejala busuk yang berwarna
coklat kehitaman. Tanaman layu, kemudian mati tanpa menguning terlebih dahulu.
4. Gejala serangan pada saat proses perkecambahan atau pada proses persemaian
Patogen ini juga mengakibatkan penyakit semai roboh
atau rebah kecambah (damping-off,
dalam masyarakat Toba biasa disebut pahorothoroton)
pada kelembaban yang tinggi.
Pencegahan dan Pengendalian Busuk Daun dan Buah :
1. Penanaman varietas resisten
Cabai hibrida varietas Hybrid
TM-888 dan Wonder Hot tahan terhadap penyakit busuk daun dan buah, dan varietas
Passion (451) memiliki daya tahan sedang.
Sebaliknya varietas Hot Chili peka terhadap
penyakit busuk daun dan buah. Secara umum varietas Hot Beauty (457) agak tahan
terhadap berbagai penyakit dibanding cabai hibrida lainnya, sedangkan Long
Chili (455) kurang tahan terhadap berbagai penyakit.
2. Sanitasi
Lakukan sanitasi dengan baik, begitu juga dengan pengolahan tanah. Batang cabai yang terserang penyakit dipotong, daun dan buah
yang terserang dipetik, dikumpulkan lalu dibakar, agar tidak menjadi sumber
penularan penyakit. Buah dan daun sakit yang dikumpulkan juga dapat dipendam ke
dalam tanah. Bekas cabang/batang yang dipotong diolesi dengan fungisida Vitigram
Blue dengan dosis 5-10 g/1 air atau Previcur N 5-10 ml/1 air.
Tanaman yang sakit parah
sebaiknya segera dicabut dan dibakar agar tidak menular ke tanaman cabe lainnya.
3. Pemberian mulsa
Patogen dapat bertahan hidup
di tanah dan terlempar ke daun-daun sebelah bawah oleh percikan air hujan.
Pemberian mulsa akan mengurangi tamparan air hujan, yang dapat membantu
penyebaran patogen dari tanah ke daun-daun bawah atau pangkal batang.
4. Pengolahan tanah dan pengaturan jarak tanam
Pada waktu mencangkul, tanah
dibalik dan dibiarkan selama beberapa hari agar terkena sinar matahari. Jarak
tanam diperlebar, jangan terlalu rapat. Percabangan tanaman dikurangi dengan
memangkas tunas-tunas aksiler, agar sinar matahari cukup mengenai daun-daun
bawah dan pangkal batang.
5. Pergiliran tanaman
Pergiliran tanaman dapat dilakukan dengan tanaman lain yang bukan tanaman cabedan terung. Usahakan tanaman dari keluarga lainnya seperti bawang, jagung, dll.
6. Pengendalian secara kimiawi
Pengendalian secara kimiawi
dapat dilakukan dengan fungisida tembaga (misalnya Cupravit) atau fungisida
karbamat (misalnya Dithane M-45).
Fungisida lain yang dapat digunakan adalah:
Antracol 70 WP (0.2 %), Cobox (1.5-2.0 kg/ha), Orthocide 50 WP (2.5-3.0 cc/I
air), Shell Copper (1.0-1.5 g/1 air), Delsene
: MX-200 (1-2 g/1 air), dan
Difolatan 4 F (25-35 cc/1 air)
Sebaiknya penyemprotan kimia dilakuakan secara bergilir aga mendapatkan hasil yang maksimal. Selain perhatikan arah angin pada saat penyemprotan bahan kimia.
waktu penyemprotan juga penting diperhatikan, jagan pernah menyemprot tanaman pada saat cuaca mendung atau hujan akan turun karena hasilnya tidak akan sempurna.
6. Penyakit Rebah Semai
Rebah Semai |
Penyakit rebah semai pada tanaman cabai dapat disebabkan oleh berbagai jenis cendawan, antara lain: Pythium
debaryanum Hesse, Rhizoctonia selai
Kuhn; Thanatephorus cacumeris (Frank)
Donk, Phytophthora spp, Sclerotium rolfsii Sacc. (Corticium ro/jsii (Sacc.) Curzi.)
Rebah semai sering terjadi di
persemaian/pembibitan dan merupakan penyakit yang umumnya pertama kali
menyerang tanaman cabai. Penyakit ini umum menyerang benih dan bibit (baik
ketika belum muncul ataupun sctelah tumbuh di atas pcrmukaan tanah).
Penyakit
rebah semai disebabkan oleh berbagai cendawan yang umum terdapat di dalam
tanah, dan tergolong patogen tular tanah (soil-borne).
Serangan terutama terjadi bila tanah atau persemaian terlalu lembab. Serangan umumya
juga tinggi pada suhu rendah dan tanah masam.
Gejala Serangan :
Serangan
terjadi pada benih maupun bibit. Serangan di persemaian
ditandai dengan bibit tidak tumbuh atau kalau tumbuh tiba-tiba rebah dan mati.
Benih yang terserang atau kecambah/semai mati membusuk di dalam tanah.
Benih
atau semai yang terserang diselimuti oleh miselium cendawan, yang terlihat
seperti bulu-bulu atau benang-benang berwarna putih. Bila diperhatikan, pada
pangkal batang bibit muda yang masih lunak kelihatan bercak-bercak
kebasah-basahan, berwarna kehitaman.
Pangkal batang kemudian membusuk, lalu
mengkerut/mengeriput, sehingga bibit rebah dan mati. Walaupun adakalanya bibit
yang terserang masih bertahan hidup, bibit akan tumbuh kerdil dan bila ditanam
di lapang akan mati.
Pencegahan dan Pengendalian Rebah Semai :
1. Perlakuan benih
Benih direndam dengan air
hangat yang sudah diberi fungisida Previcur N ( 1. 5 ml/I air) atau Derosal (2 g/l air), atau Delsene MX-200 (1-2 g/1 air) selama 4-6 jam.
Benih juga dapat diberi tepung
kaptan (Orthocide 50 WP) atau tepung tiram (Benlate T 20/20 WP).
2. Sterilisasi persemaian/media pembibitan
Areal persemaian/media
pembibitan disterilisasi atau
diberi fungisida metil bromida Metabrom 98 LG atau Basamid G.
3. Penyemaian dan penyiraman
Penyemaian benih jangan
terlalu dalam. Sesudah penyemaian,
dilakukan penyiraman larutan fungisida kaptan (Orthocide 50 WP 1 g/l air).
Penyiraman setelah tumbuh dilakukan dengan air bersih. Penyiraman jangan sampai
membuat persemaian menjadi terlalu
lembab. Apabila tanah/media
tanam bibit masih lembab, jangan disiram. Bila persemaian beratap, pada pagi
hari atap dibuka selama beberapa waktu agar kondisi persemaian tidak terlalu
lembab.
4. Penyingkiran bibit yang terserang
Bibit yang terinfeksi segera
dicabut, disingkirkan dan dibakar. Lobang bekas cabutan diberi fungisida dan
segera ditutup kembali. Tanah di sekitar bibit yang sehat digemburkan dengan
hati-hati untuk mengurangi kelembaban.
7. Penyakit Virus Mosaik
Mentimun
(Cucumber
Mozaic Virus =CMV)
Penyakit Virus Mosaik |
Virus
mosaik mentimun juga disebut Marmor
astrictum Holmes. CMV tersebar di seluruh dunia. Dibanding virus-virus
lain, virus ini termasuk yang paling umum ditemukan dan memiliki kisaran
tanarnan inang yang sangat luas.
Selain menyerang tanaman cabai, CMV juga
menyerang berbagai jenis tanaman lain, seperti: mentimun, melon, tomat, terung,
kacang panjang, kacang buncis, ercis, sawi, bayam, labu-labuan, dan pisang. Di
samping itu CMV juga menyerang berbagai jenis tanaman hias, seperti: dahlia,
gladiol, lili, petunias, Zinnia, dan Dephinium, serta menyerang
berbagai jenis gulma.
Serangan CMV umumnya terjadi pada musim kemarau, dan relatif
rendah ketika musim penghujan. Hal ini berhubungan dengan populasi kutu daun
vektornya, yang umumnya lebih banyak pada musim kemarau. Serangan juga
menghebat apabila tanaman cabai ditanam setelah musim tanam atau berdekatan
dengan tanaman inang virus CMV lainnya. Virus CMV juga dapat bertahan pada
berbagai gulma/tumbuhan liar di sekitar pertanaman.
Di alam, CMV dapat ditularkan
oleh lebih dari 60 jenis kutu daun aphis. Pada tanaman cabai, vektor penular
utama adalah aphis Myzus persicae dan
Aphis gossypii. Penularan juga dapat terjadi akibat adanya pelukaan tanaman
ketika di pembibitan, sewaktu pindah tanam, ataupun karena berbagai tindakan pemeliharaan
tanaman dan pemanenan yang dilakukan
Gejala Serangan Virus Mosaik
Mentimun
(Cucumber
Mozaic Virus =CMV)
1. Gejala serangan pada daun dan batang
Tanaman
cabai yang terserang CMV ditandai dengan adanya gejala mosaik yang khas pada
daun-daunnya. Gejala diawali dengan menguningnya tulang-tulang daun atau
timbulnya garis kuning sepanjang tulang daun. Kemudian terjadi discoloration (perubahan warna) dan distorsion (perubahan bentuk) pada daun.
Daun menjadi berwama berbelang-belang hijau muda/menguning dan hijau tua
seperti mosaik, serta berukuran lebih kecil dan lebih sempit daripada daun yang normal. Daun-daun muda dan pucuk
yang terserang menjadi mengeriting. Pucuk tampak seperti daun paku-pakuan yang
sedang berkembang. Daun-daun tua yang terinfeksi awalnya akan mengalami
klorosis (menguning) lalu terjadi nekrosis (kematian) di bagian tepi/pinggiran daun yang kemudian meluas ke
seluruh permukaan daun. Daun mati kemudian menggantung pada tangkainya atau gugur.
2. Gejala serangan pada akar
Jika
tanaman terinfeksi ketika masih muda,
pertumbuhan akan terhambat sehingga tanaman tumbuh kerdil, dengan daun-daun hijau
muda kusam dan tarnpak seperti berbulu. Tanaman dapat tidak menghasilkan buah,
dan kalaupun berbuah maka buahnya sedikit dan kecil-kecil.
3. Gejala serangan pada buah
Pada buah yang
terinfeksi timbul bercak melingkar atau terdapat gejala nekrosis melingkar, tampak seperti berjerawat. Permukaan buah menjadi kasar, dengan bentuk
yang jelek dan berwarna kusam. Bila tanaman cabai telah terinfeksi ketika
berumur 2 bulan, produksi buah dapat berkurang sampai 50%.
Pengendalian Virus Mosaik
Mentimun
(Cucumber
Mozaic Virus =CMV)
1.
Menanam benih dan bibit yang sehat
Buah cabai yang terserang
tidak digunakan sebagai sumber biji
untuk benih. Sebelum ditanam, benih direndam selama 20 menit dalam larutan Na3PO4 (trinatrium sulfat 10 %), atau dipanaskan dengan temperatur 70 %
selama 2-4 hari. Bibit diseleksi di persemaian/pembibitan, dan hanya yang
benar-benar sehat yang ditanam di areal pertanaman.
2.
Penanganan di pembibitan
Pekerjaan di pembibitan
dilakukan secara berhati-hati. Sebelum bekerja, tangan dicuci dengan sabun atau
deterjen, antara lain sabun trinatrium fosfat yang dapat menginaktifkan virus. Areal pembibitan dibersihkan dari berbagai gulma.
Bibit-bibit yang menunjukkan gejala serangan segera dicabut dan dibakar.
3. Pengaturan waktu tanam
Umumnya serangan virus pada
pertanaman cabai terjadi pada musim kemarau. Pada musim hujan serangan banyak
berkurang. Hal ini berkaitan dengan perkembangan populasi
berbagai vektor penularnya, yang umumnya lebih pesat pada musim kemarau.
Sehubungan dengan itu, waktu
tanam dapat diatur.
4.
Pergiliran tanaman dan lokasi tanam
Dilakukan pergiliran tanaman
secara teratur dengan menanam tanaman yang bukan tanaman inang berbagai jenis
virus yang dapat menyerang cabai.
Hindarkan pertanaman cabai secara berurutan
atau berdekatan dcngan tanaman Solanaceae lainnya (seperti: tomat, kentang,
terung, dan tembakau), dan dengan tanaman dari keluarga Cucurbitaceae (seperti:
mentimun, melon, dan semangka).
5.
Sanitasi areal pertanaman
Tanaman cabai yang
menunjukkan gejala serangan virus segera dicabut dan dibakar. Tanaman tersebut
potensial menjadi sumber virus bagi tanaman yang sehat. Sanitasi/ pembersihan
juga dilakukan terhadap gulma, karena dapat menjadi inang dan tempat berlindung
bagi berbagai vektor virus.
6.
Hindarkan pelukaan tanaman
Berbagai tindakan
pemeliharaan tanaman dilakukan secara berhati-hati. Hindarkan
"pelukaan" tanaman yang tidak perlu ketika melakukan tindakan pemeliharaan. Dari luka
tanaman yang terserang virus, virus tertentu
dapat menular.
7. Pemantauan
dan pengendalian vektor virus
Dilakukan pemantauan (monitoring) terhadap berbagai vektor virus di pertanaman secara teratur dan berkesinambungan. Pengamatan terutama ditujukan terhadap berbagai hama
penyerang daun dan pucuk, seperti kutu
daun Aphis
gossypii dan Myzus persicae. Dengan pemantauan vektor secara teratur, penyakit
virus dapat dikendalikan secara dini (awal). Kutu-kutu daun yang terlihat
segera dikutip, dimatikan, atau dikumpulkan lalu dibakar.
8. Penyakit Daun Keriting Cabai Gemnivirus
Penyakit Keriting Cabai |
Penyakit
daun keriting cabai ditularkan oleh kutu kebul (Bemisia tabaci). Pada umumnya gejala serangan penyakit yang disebabkan karena virus hampir mirip yaitu pertumbuhan tanaman kerdil, dengan daun-daun
yang keriting, berbelang-belang hijau kuning seperti mosaik. Bentuk daun tidak normal dan lebih sempit. Di samping itu,
tanaman cabai sering diserang beberapa virus secara bersamaan, dan vektor penularnya
(terutama kutu daun Aphis dan Myzus) mampu menularkan beberapa jenis
penyakit virus pada tanaman cabai.
Gejala
Serangan dan Kerusakan
Daun
tanaman cabai yang terserang menguning, keriting dan kecil, dengan tepi daun
yang melengkung ke atas. Warna tepi daun menjadi
hijau pucat sampai kuning cerah. Serangan berat mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil, dengan ruas-ruas yang lebih pendek.
Pengendalian
Penyakit-Penyakit Karena
Virus
1.
Menanam benih dan bibit yang sehat
Buah cabai yang terserang
tidak digunakan sebagai sumber biji
untuk benih. Sebelum ditanam, benih direndam selama 20 menit dalam larutan Na3PO4 (trinatrium sulfat 10 %), atau dipanaskan dengan temperatur 70 %
selama 2-4 hari. Bibit diseleksi di persemaian/pembibitan, dan hanya yang
benar-benar sehat yang ditanam di areal pertanaman.
2.
Penanganan di pembibitan
Pekerjaan di pembibitan
dilakukan secara berhati-hati. Sebelum bekerja, tangan dicuci dengan sabun atau
deterjen, antara lain sabun trinatrium fosfat yang dapat menginaktifkan virus. Areal pembibitan dibersihkan dari berbagai gulma.
Bibit-bibit yang menunjukkan gejala serangan segera dicabut dan dibakar.
3. Pengaturan waktu tanam
Umumnya serangan virus pada
pertanaman cabai terjadi pada musim kemarau. Pada musim hujan serangan banyak
berkurang. Hal ini berkaitan dengan perkembangan populasi
berbagai vektor penularnya, yang umumnya lebih pesat pada musim kemarau.
Sehubungan dengan itu, waktu
tanam dapat diatur.
4.
Pergiliran tanaman dan lokasi tanam
Dilakukan pergiliran tanaman
secara teratur dengan menanam tanaman yang bukan tanaman inang berbagai jenis
virus yang dapat menyerang cabai.
Hindarkan pertanaman cabai secara berurutan
atau berdekatan dcngan tanaman Solanaceae lainnya (seperti: tomat, kentang,
terung, dan tembakau), dan dengan tanaman dari keluarga Cucurbitaceae (seperti:
mentimun, melon, dan semangka).
5.
Sanitasi areal pertanaman
Tanaman cabai yang
menunjukkan gejala serangan virus segera dicabut dan dibakar. Tanaman tersebut
potensial menjadi sumber virus bagi tanaman yang sehat. Sanitasi/ pembersihan
juga dilakukan terhadap gulma, karena dapat menjadi inang dan tempat berlindung
bagi berbagai vektor virus.
6.
Hindarkan pelukaan tanaman
Berbagai tindakan
pemeliharaan tanaman dilakukan secara berhati-hati. Hindarkan
"pelukaan" tanaman yang tidak perlu ketika melakukan tindakan pemeliharaan. Dari luka
tanaman yang terserang virus, virus tertentu
dapat menular.
7. Pemantauan
dan pengendalian vektor virus
Dilakukan pemantauan (monitoring) terhadap berbagai vektor virus di pertanaman secara teratur dan berkesinambungan. Pengamatan terutama ditujukan terhadap berbagai hama
penyerang daun dan pucuk, seperti kutu
daun Aphis
gossypii dan Myzus persicae. Dengan pemantauan vektor secara teratur, penyakit
virus dapat dikendalikan secara dini (awal). Kutu-kutu daun yang terlihat
segera dikutip, dimatikan, atau dikumpulkan lalu dibakar.
Sampai
saat ini, belum ada pestisida yang dapat digunakan untuk mengatasi berbagai
penyakit virus pada tanaman cabai. Oleh karena itu, tindakantindakan
pengendalian terutama ditujukan sebagai upaya yang bersifat pencegahan
(preventif).
Di samping berbagai upaya pencegahan
lainnya, tindakan pengendalian dapat juga dilakukan terhadap berbagai vektor
virus di pertanaman, seperti Aphis
gossypii dan Myzus persicae.
Sumber :
* Ir BENNY BERNARDUS
GINTING, MSi dalam jurnal " Penyakit Penting Tanaman Cabai, 2014 "
* Djafaruddin, Prof, Ir ‘Dasar-dasar Pengendalian Penyakit Tanaman’, Bumi Aksara, 2008
* Dan diolah dari berbagai sumber lainnya.
0 Response to "8 Penyakit Yang Paling Sering Menyerang Tanaman Cabe || Pelajari Gejala dan Cara Pengendaliannya"
Posting Komentar
Kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun
.
No SARA and RASIS.
Berkomentarlah dengan Bijak. SPAM, JUDI!! Otomatis Dihapus!!